Minggu, 05 Juni 2011

cinta....

Suatu hari saya dikunjungi oleh klien wanita yang sudah berumah tangga, dia bercerita :

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan"

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Akhirnya dia bertanya,:

"Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,:

"Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya : Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati, Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata,

"Saya akan memberikan jawabannya besok."

Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang bertuliskan. ...

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya... "

Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu bisa mengetik di komputer namun selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."

"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang."

"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. "

"Kamu selalu pegal-2 pada waktu ’teman baikmu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ’aneh’. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku." "Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. "

"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu. "

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat cintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."

"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Senin, 25 Oktober 2010

Cita-cita..



Mempunyai studio sendiri adalah salah satu mimpi yang ingin kuwujudkan. Perlahan tapi pasti impian ini akan segera terwujud. Dan tetap, semua berawal dari mimpi. Tapi aku yakin, mimpi indah ini pasti terwujud menjadi kenyataan..
Pasti...

Arti hidup

aku pernah bermimpi untuk menjadi besar, aku pernah bermimpi untuk merasakan hidup, akupun pernah bermimpi untuk menikmati pagi..
Tak terasa hampir 1 1/2 tahun, aku kehilangan mimpi.. kehilangan mimpi-mimpi terindah,yg membuat aku bisa merasakan hidup yang sebenar-benarnya..
Ternyata aku merindukan mimpi..Kini,aku siap untuk bermimpi,siap untuk merasakan indahnya pagi,siap untuk merasakan besarnya dunia,dan siap mewujudkan mimpi-mimpi yang kupunya untuk menjadi sebuah kenyataan...

Tuhan.. Aku tak sanggup memegang kendali atas hidupku,Ku mohon Izinkan aku memohon Kepada-Mu untuk memegang kendaki atas hidupku,& arahkan aku untuk menjadi yang terbaik....

Sabtu, 23 Oktober 2010

arghhhhhh.......

cm pengen teriak...........hehehehehehehehehehe

Realita

"Hidup adalah pilihan", ya.... semua orang semua orang sudah tahu itu. Tapi apakah kita semua sudah memilih jalan hidup kita berdasarkan keinginan kita???
Ataukah kita masih memilih berdasarkan "zona aman"??? Yang penting kerja, bisa menghasilkan, gaji cukup, & masih banyak alasan lainnya... Walaupun kita tahu hati kita menolaknya...
Kembali lagi kepada diri kita masing-masing, karena tentu hanya kita yang tahu sesungguhnya.

Sebenarnya tulisan ini dibuat untuk menegur diri sendiri.
Wahai diri siapkah kau meninggalkan "zona aman" ?
siapkah kau memilih pilihanmu ?
siapkah kau menjadi dirimu sendiri ?
ambil remote controlmu, dan pilih jalan hidup mana yg ingin kau tempuh.

Ya.... Aku bisa.... Ini hidupku, ini inginku....
Aku yakin aku bisa, bukankah hidup adalah sebuah pilihan...?
Dan aku memilih "chanel" yg ingin aku tempuh...

Senin, 28 Juni 2010

ada apa dengan diriku...

Malas........
kata itu yg sedari pagi sudah menghiasi benak saya....
entah , sayapun bingung karena sudah lebih dr 2 bulan ini saya rasakan hal tersebut.
mungkin saya jenuh dengan rutinitas setiap hari yg selalu seperti ini...
liburan hari minggu kemarin pun saya habiskan waktu saya untuk tidur, huft.....
terasa melelahkan memang bergelut dengan rutinitas yg sama, berangkat kerja jam 9 pagi, pulang jam 9 malam..
saya tidak ingin berlama-lama hidup seperti ini, banyak waktu yg saya rasakan tidak bermanfaat, semakin kurangnya waktu untuk keluarga, & teman...
seakan-akan mematikan pula imajinasi, & kreatifitas yg saya punya...
ingin rasanya istarahat dr semua rutinitas ini..tapi, saya punya tanggung jawab terhadap hidup orang2 disekeliling saya...
Tuhan... tolong buat saya nyaman dengan hal ini, agar saya dapat menikmatinya....
amien....

mau kah kau??

Suatu saat nanti, aku akan bertekuk lutut di depanmu. Walau jujur, aku tak suka tapi akan tetap kulakukan. Kuucapkan sebuah mantra, mantra yang akan mengekang kebebasanku tapi indah untuk kita berdua.

Akan kudatangi kotamu, tempatmu tinggal. Walau lelah tapi akan tetap kulakukan.

Bisa jadi hanya untuk membuat bodoh diriku, tapi sekali lagi, akan tetap kulakukan.

Kubuat sebuah proposal. Proposal kehidupan kita. Tapi maaf sebelumnya, tawaran yang kuberikan padamu takkan muluk-muluk.

Aku bukan pemimpin yang sempurna, tapi aku akan selalu berusaha mengajarkan keluargaku kebaikan, kesederhanaan, keberanian dan kepercayaan.

Bukan pria yang bergelimangan harta, tapi aku takkan pernah membiarkan anakku dan ibunya kelaparan.

Bukan pula pria yang mencintaimu sepenuh hati, karena nanti hatiku akan terbagi untuk anak-anak kita.

Aku takkan meletakkanmu di atasku, untuk menginjakku.

Aku takkan meletakkanmu di bawahku, untuk kuinjak.

Aku takkan meletakkanmu di depanku, sebagai tamengku.

Aku takkan meletakkanmu di belakangku, karena aku tak bisa menjagamu.

Aku minta kau disampingku, untuk berjalan bersama.

Atas nama Tuhan, akan kuikat kita berdua.

Jadi, maukah kau?


Minggu, 04 April 2010

Aku, Kamu, & Dunia....

Curhat

Sebaris lirik

“I Just Wanna Say I Love You”

Melly Goeslow dan POTRET emang kagak ada matinya!!!!

Dan kalo didengerin ya, emang pas banget! Sesuai artinya, saya hanya ingin bilang kalo saya sayang sama kamu. Dah! Cukup, itu aja, ga lebih-lebih pake embel-embel ini atau itu.
Bukan sebuah basa-basi... Tulus datang dari hati...
I JUST WANNA SAY I LOVE YOU